Saya berterima kasih pada Mbak Dee yang telah menginspirasi *atau lebih tepatnya membuat saya tersadar* lewat sebuah tulisan di blognya. Saya membaca tulisan Mbak Dee yang mengisahkan bagaimana perasaan dia mengenai perceraian dirinya dengan Marcell. Bagaimana orang menuding tentang harusnya dia tak usah bercerai demi kebahagiaan sang anak. Tapi, Dee bilang di blognya, bagaimana dia akan membahagiakan anaknya bila dia sendiri tak bahagia?

And that hits me hard!

Yah, seringkali kita lupa bahwa kita juga adalah manusia yang memiliki HAK untuk bahagia, bahkan lebih besar. Selama ini, kita terlalu sibuk membuat orang lain bahagia, tertawa, gembira, membuat orang lain melihat kita adalah orang yang murah hati dan baik dan nyaris menjadi santo. Apakah dalam perbuatan kita itu, kita sudah bahagia? I don’t know. Mungkin bagi sebagian orang, itulah caranya memberikan kebahagiaan dalam hidup mereka, dengan membahagiakan orang lain. It’s good then. Hanya saja, jangan sampai kita sibuk membahagiakan orang lain, dan sebenernya kita lupa bahwa kita BELUM bahagia.

Forget all people, think about yourself, first. Terdengar egois memang, tapi justru jauh lebih baik daripada kita sibuk membahagiakan orang lain padahal kita sendiri depresi di dalam kamar tanpa merasakan kebahagiaan internal. Lagipula, kebahagiaan yang kita berikan kepada oranglain sementara kita sendiri belum bahagia adalah kebahagiaan kosong yang menipu.

Bukankah menipu itu tidak baik?
Bukankah memberikan yang kosong itu sia-sia?

So, make yourself happy first, then…

4 thoughts on “Make yourself happy first, then…

Leave a reply to dew Cancel reply